LAMPUNG SELATAN,- Negeri ini sedang tidak baik-baik saja, demikian berbagai kalangan menilai situasi Indonesia saat ini.
Memanasnya suhu politik pada Pemilukada serentak yang juga merambah pada permasalahan yang santer tentang penggunaan hukum sebagai alat menghalalkan berbagai cara untuk meraih kemenangan.
Hal ini menjadi isu dan opini nasional yang juga terjadi di Lampung Selatan. Sangat disayangkan bila gejolak politik ini menyentuh kehidupan dunia pendidikan, seperti yang terjadi di Lampung Selatan saat ini.
Keprihatinan terhadap dunia pendidikan kita yang sedang tidak baik-baik saja. Keprihatinan ini bukan tanpa sebab. Setidaknya terindikasi dari berbagai kasus yang menerpa dunia pendidikan kita selama ini. Mengisyaratkan bahwa pendidikan kita belum berfungsi dengan baik sesuai apa yang diamanatkan undang-undang. Tujuan yang dicitakan hanya sebatas asa.
Sebagaimana diketahui, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jelang Pilkada Lampung Selatan pada 27 November 2024 mendatang. Sebagai agen perubahan dalam bidang politik, mahasiswa tidak harus terjun ke lapangan untuk bermain dengan elite politik. Mahasiswa bisa berperan aktif dalam mengawal pesta demokrasi.
Namun sebaliknya, sejumlah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di provinsi Lampung, kepergok warga kedapatan sedang menjadi pekerja politik , diduga membagi – bagikan Alat Peraga Kampanye (APK) dan uang Rp.100 kepada warga di Desa Merbaumataram Kecamatan Merbaumataram dan Desa Banjar Sari Kecamatan Way Sulan, untuk salah satu kandidat bakal calon .
Pengamat hukum Universitas Lampung (Unila) Budiono sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh para mahasiswa yang dipekerjakan sebagai pekerja politik seharusnya mereka memberikan pendidikan dan pencerahan kepada masyarakat untuk mengunakan hak pilihnya secara baik dan benar.
Serta menolak politik uang ( money politic merupakan tugas dari para calon pemimpin masa depan bangsa, jangan malah menjadi perusak moral masyarakat dengan membagi- bagikan uang kepada masyarakat, mahasiswa adalah para kaum intelektual harusnya mereka bertindak keintelektualan yang mereka dapat selama ini di kampus dengan terus menerus mengedukasi masyarakat.
” Tindakan mereka dapat memberikan citra buruk bagi kampus mereka. Serta sangat menyesalkan pihak -pihak yang melibatkan mahasiswa dalam kampanye ini,” Ujarnya, Kamis ,22 Agustus 2024.
Sementara, Ketua Koordinator Kecamatan ( Korcam) Mahasiswa bakal calon bupati di Lampung Selatan saat dihubungi melalui sambungan telepon via WhatsApp , dengan nomor 08536622XXXX , berdalih jika mereka bukan bagian tim pemenangan tapi membantu sosialisasikan menyebarkan APK dari bakal calon bupati Raditya Egi Pratama .
” Ya betul tim nya Egi,tugas kami bagikan kaos Egi, ke semua kecamatan di Lampung Selatan , sebagian mahasiswa dari Unila, ada yang dari UIN dan masyarakat juga,” kata dia .Rabu, 21 Agustus 2024.
Kendati begitu, dirinya membantah jika ada bagi bagi uang ke warga .
” Siapa yang bilang bagi bagi uang gak ada, Jika ada yang menginfokan seperti itu kasih tau saya . Kami sudah ijin ke RT, Desa dan pihak Kecamatan untuk sosialisasi,’ katanya.
Diberitakan sebelumnya, warga Merbaumataram mengeluhkan sejumlah aktifitas pemuda ,yang rumahnya dijadikan tempat penitipan Alat Peraga Kampanye ( APK) dengan gambar Raditya Egi Pratama Alias Egi.
” Anak Unila bang, rata- rata mereka semester 5, yang punya rumah gak terima karena rumahnya di jadikan tempat narok APK,” kata warga setempat yang namanya enggan disebutkan.
Sementara dari pengakuan ke dua pemuda itu, jika mereka ditugaskan Dor To Dor dari rumah ke rumah , untuk membagikan kaos dan duit dari menantu Ketua Partai PAN Zulkifli Hasan.
” Kami di bayar dan mengontrak rumah untuk dijadikan posko pemenangan Egi . Tugasnya bergerak masif, dan untuk masing – masing desa di Kecamatan Merbaumataram di ambil 20 orang untuk dijadikan tim,’ ucap salah satu mahasiswa ini.
” Setelah itu warga dikumpulkan di rumah dewan atau pun caleg yang kemaren di lantik , untuk masing-masing warga setelah pertemuan pulang di kasih duit 100 ribu ,” katanya.
(or)