Makam Sayyid Ali Dan Peristiwa Meletusnya Krakatau 1883 M

oleh -112 views

MEDIA RI,Lampung Selatan_Makam tua di Ketapang sebuah aset sejarah perkembangan Islam di Lampung. Syaiyyid Ali seorang penyebar Islam yang keberadaan makamnya di Ketapang kabupaten Lampung selatan penuh misteri. Banyak cerita dan kisah yang diketahui selama ini mungkin karenanya sekarang orang menyebutnya sebagai Habib Ali.

Bertolak dari rasa kerisauan dari seorang putra Lampung Selatan melihat perkembangan isu tentang tokoh-tokoh Islam masa lalu yang sejarahnya mungkin  sangat akan berdampak pada kebenaran penulisan sejarah, maka saya mencoba memberanikan diri menulis tulisan ini.  Saya mencoba menginat cerita yang  pernah saya terima dari cerita langsung dari cucu dari orang yang memakamkan beliau Sayyid Ali tersebut.

Alkisah disebutkan paska tsunami 1883 M tepatnya 27 Agustus 1883 setelah air laut surut di wilayah kedemangan Ketapang ,warga yang selamat digemparkan oleh penampakan yang kilau kemilau dari atas pohon kelapa yang masih berdiri kokoh walau diterjang tsunami yang melegenda itu.

Dua belas anak buah Encik Abdul Rauf Demang Ketapang menghadap melaporkan peristiwa langka tersebut.

Memang serasa mustahil dengan Letusan Krakatau pada 27 Agustus 1883 yang terjadi pertama pada jam 05.30 pagi, dan berlangsung selama 4,5 jam, lewat empat letusan besar yang sangat kuat itu membuat pohon kelapa itu tetap berdiri

Letusan terakhir mengeluarkan suara paling keras yang pernah tercatat di planet Bumi ini.

Ratusan desa di Jawa dan Sumatera pun diterjang tsunami, dan bongkahan terumbu karang seberat 600 ton sampai naik ke permukaan.

Konon sang Demang bersama kedua belas anak buahnya langsung mengevakuasi benda aneh tersebut, yang ternyata adalah sosok jasad manusia yang kemudian diketahui Sebagai Sayyid Ali .

Jasad tersebut ditengah malam langsung dimakamkan tidak jauh dari rumah Cik Abdul Rouf berdekat pintu mushola atau langgar Sang Demang di Ketapang Laut.

Konon untuk percepatan pembangunan Lampung Selatan khususnya wilayah Kalianda, Putra Siantan Pontianak itu  ditugasi sebagai Demang di Ketapang. Cik Abdul Rauf bersama isterinya Aisah putri dari kerajaan Telangou (Sumenep) mulai menetap di dan membuka jalur pelabuhan laut baru guna dan mengembangkan wilayah tersebut sebagai jalur laut ke Jepara Labuhan Maringgai dan Palembang.

(Berlanjut ke evisude berikutnya)

Pewarta : Nurdin Pewarta

Sumber ; Hindun (almarhum)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *