LAMPUNG SELATAN,- Semakin dekatnya hari Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada) calon Bupati dan Wakil Bupati Lampung Selatan membuat suhu politik lokal bertambah panas. Berbagai atribut Pasangan Calon ( Paslon) bertebaran menghiasi ruang publik untuk menarik simpati masyarakat, juga konten – konten di media sosial (medsos) juga mewarnai.
Namun sayangnya karena kurangnya muatan pelajaran politik yang disungguhkan, terkesan menghalalkan segala cara demi pencapaian tujuan. Entah itu dilakukan oleh simpatisan, relawan maupun tim sukses yang notabennya adalah elit kepentingan kelompok atau golongan.
Dalam satu proses demokrasi, yaitu suksesi pilkada terbuka , lebar peluang sekelompok orang atau lembaga untuk melakukan penelitian kajian yang di suguhkan ke publik berupa survey-survey elektabilitas, popularitas dan lain sebagainya.
Namun ada hal sedikit menggelitik di Pilkada Lampung Selatan, dimana sangat umum dan logis sekali apabila ada calon petahana yang maju kembali sebagai calon bupati, dimanapun daerahnya di Indonesia ini hampir seluruh lembaga yang melakukan survey, hasilnya elektabilitas petahana lebih tinggi dari calon lain.
Tapi Bupati petahana Nanang Ermanto dan Calon Wakil Bupati Antoni Imam, dengan nomor urut 1, yang jelas lebih dikenal publik , karena masih menjabat dan elektabilitasnya pun terdongkrak pasti oleh faktor tersebut, nyatanya hasil survey yang dikeluarkan salah satu lembaga survey Paslon sebelah , petahana malah jauh di bawah Paslon lain.
Hal itu menjadi pertanyaan di benak masyarakat Lampung Selatan yang merasakan langsung dampak kepemimpinan Nanang Ermanto selama ini. Disamping itu, dengan pertimbangan karir selama menjabat dan ingatan publik yang masih ada, nyata, terbukti dan bukan hanya mengenal petahana sebagai kepala daerah, pemimpin yang dekat dengan rakyat serta jejak pembangunan selama menjabat merupakan investasi politik yang luar biasa untuk dipanen dalam pilkada, merupakan keuntungan tersendiri bagi calon incumben.
Jadi wajar jika masyarakat lampung selatan seakan mengindikasikan bahwa berbagai skema dijalankan oleh lawan politik demi menjegal Ketua DPC PDIP Lampung Selatan dan Ketua PKS Lampung Selatan dalam kontestasi Pilkada 2024, untuk mendapatkan dukungan partai lalu diadakanlah survey, entah itu survey yang memang kapabilitasnya bisa dipercaya dan profesional atau tidak.
Dalam elektabilitas baik secara perseorangan maupun berpasangan terhadap Nanang Ermanto-Antoni Imam, dengan simulasi head-to-head, lawan petahana meraih elektabilitas diatas bupati petahana Nanang Ermanto.

Menyikapi itu , menurut pengamat politik Universitas Lampung ( Unila) , Dr. Budiyono, S.H., M.H , menyampaikan, hasil survey tersebut tentunya elektabilitas lawan petahana unggul menakjubkan.
” Banyak bakal calon yang melakukan survey-survey dengan bayaran yang menggoda para pembuat survey. Dengan mengharapkan agar elektabilitasnya tinggi, untuk melihat animo masyarakat atau untuk mengetahui apakah dirinya dikenal oleh masyarakat luas atau tidak, dipercaya masyarakat atau tidak”, ungkap dia.
Lebih jauh lulusan Universitas Lampung tahun 1997 ini mengatakan, banyak partai yang juga tidak tahu apakah survey yang dilakukan itu valid atau tidak,
“Saat ini masyarakat sudah cukup cerdas dalam menilai orang-orang yang akan mereka usung dan dukung untuk menjadi pemimpin mereka,” kata Dr. Budiyono, S.H., M.H.
Lebih lanjut, lulusan S3 Universitas Padjadjaran ini juga menyikapi upaya rekayasa deklarasi dukungan yang terjadi di Pilkada Lampung Selatan dinilai hal itu tindakan tidak etis.
” Keprihatinan yang mendalam atas kondisi politik saat ini yang semakin jauh dari nilai keadaban dan semakin merosotnya nilai-nilai moral dan etika menjelang Pilkada 2024 ,” pungkasnya.
Upaya rekayasa deklarasi yang mengatasnamakan kader partai tertentu dinilai Budiyono adalah upaya propaganda memanfaatkan masyarakat awam dengan manipulasi, rekayasa dan pencatutan nama partai lain itu merupakan kegiatan blanc campaign yang jelas nyata dan sangat tidak beretika.
Diberitakan sebelumnya, terungkap adanya upaya rekayasa deklarasi dukungan kepada salah satu paslon di pilkada Lampung Selatan. Diketahui upaya tidak beretika itu diduga dilakukan oleh tim pemenangan Paslon 02 yakni Relawan Laju Bara dan Ormas Jasman , yang seolah-olah dari kader dan simpatisan PKS Lampung Selatan di Desa Batu Agung Kecamatan Merbau Mataram, Senin 28 Oktober lalu.
Hal serupa juga kembali terjadi di Desa Talang Waysulan Kecamatan Waysulan, dengan mengatasnamakan kader dan simpatisan PDIP, sebagian besar warga yang hadir merasa terjebak dan tertipu dengan situasi kegiatan tersebut.
(Sior Aka)