LAMPUNG SELATAN,- Gionino Dwi Andriansyah (10), bocah asal Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung , didiagnosa mengidap penyakit langka Panensefalitis Sklerosis Subakut (SSPE), pada Jumat (27/12/2024), mendapat bantuan dan perhatian dari Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Lampung Selatan Hari Surya Wijaya ,SKM, MM.
Penyakit SSPE adalah penyakit neurologis progresif yang memengaruhi sistem saraf pusat (SSP). Penyakit ini merupakan infeksi virus campak yang lambat dan persisten. SSPE dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa muda.
Selama delapan bulan anak dari pasangan bapak Novan dan ibu Anita itu mendapat perawatan intensif akibat penyakitnya di Rumah Sakit Hermina Bandarlampung.
Plt Kadiskes Lamsel Hari Surya Wijaya mendoakan Gionino agar cepat mendapat kesembuhan, sembari menyemangati bocah tersebut untuk selalu minum obat. Dinas Kesehatan akan terus berusaha membantu Gionino Dwi Andriansyah.
“Kita siap membantu dan memfasilitasi untuk kesembuhan ananda Gio. Sebagai bentuk support perjuangan orangtuanya yang selama 8 bulan berjuang mendampingi untuk kesembuhan Gio,” kata Hari didampingi KUPT Puskesmas Kalianda.
Dirinya menguatkan dan menambahkan hati ke dua orang tua Gio, untuk menerima keadaan anaknya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
” Hari ini kami dari Dinkes mengunjungi kediaman Gionino untuk memantau kesehatannya dan alhamdulilah kondisi Gio saat ini sangat membaik dari sebelumnya,” ujarnya
Prinsipnya sebagai abdi pelayan masyarakat dibidang kesehatan , tambah Hari, sudah seyogyanya berbuat untuk kepentingan warga Lampung Selatan.
“Ya, prinsipnya kami Dinkes atas nama Pemerintah Daerah selaku abdi masyarakat di bidang pelayanan kesehatan harus hadir untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat khususnya pelayanan kesehatan,” tuturnya.
Sekedar informasi penyakit SSPE ini juga dikenal sebagai ensefalitis Dawson. Ini merupakan infeksi virus yang lambat, tetapi persisten, yang disebabkan oleh virus campak yang bermutasi pada sistem saraf pusat.
Pada tahun 2023 lalu , SSPE telah dilaporkan dari seluruh belahan dunia, tetapi dianggap sebagai penyakit langka di negara maju. Insiden di negara maju seperti Amerika Serikat adalah sebanyak 1 per 1 juta populasi anak, sedangkan di negara berkembang seperti India diperkirakan 21 per 1 juta penduduk.
Survei di Inggris menunjukkan bahwa risiko relatif setelah mengalami infeksi campak 29 kali lebih besar dibanding risiko SSPE setelah divaksinasi campak. Namun, kasus SSPE pada anak yang telah divaksinasi tidak dapat ditentukan apakah itu berasal dari infeksi virus vaksin campak attenuated (dilemahkan) yang menetap atau dari jenis infeksi campak yang tidak didiagnosis sebelum divaksinasi.
Pewarta: Sior Aka Prayudi